Bangun Lingkungan Kerja yang Sehat dengan Wellness Program Sebagai Work Life Balance
Published on: May 25, 2025

Menurut penelitian, jaman sekarang dengan teknologi yang semakin maju ternyata menyebabkan banyak orang sangat mudah mengalami stres.
Stres itu tak hanya karena kelelahan pada fisik semata, tapi juga sampai mental. Ini ditandai dengan prilaku, misalnya menjadi sinis pada lingkungan atau orang lain dan tidak mau bersinggungan lagi dengan hal-hal yang dikerjakan.
“Banyak orang mudah banget terdestruksi. Terhadap masalah mental, dari mulai fokusnya turun, lebih sering capek dan lain sebagainya,” ujar Saskhya Aulia Prima, M.Psi, Psikolog dari Universitas Indonesia (UI), dalam webinar Indonesia Wellness Tourism International Festival 2024 (IWTIF 2024), beberapa pekan lalu.
Menurut Saskhya, mudahnya seseorang mengalami destruksi karena ketergantungan pada teknologi.
Dia mencontohkan tentang seseorang yang ketergantungan terhadap Google Maps atau aplikasi smartphone lainnya.
“Ketergantungan pada Google Maps itu sama juga mengurangi kemampuan untuk tahu sense jalan tuh seperti apa,” paparnya.
Dikatakan Saskhya, teknologi tak dapat dipungkiri memang sangat membantu baik dalam pekerjaan atau pun bisnis secara efektif.
Tapi teknologi juga bisa menjadi tidak produktif karena mengabaikan mental health diri sendiri. Misalnya seseorang jadi lebih gampang membandingkan strata sosial dengan orang lain. Merasa dirinya kecil, merasa nggak pede dan lain sebagainya.
“Dari dulu sampai sekarang, walaupun teknologi digital itu ada advertisementnya, tapi otak kita ya itu-itu aja naturnya,” jelasnya.
Yang pasti saat ini, menurut Saskhya, meski teknologi semakin maju, kondisi dan lingkungan pekerjaan persaingan semakin ketat.
Saat ini seseorang dituntut untuk memiliki multiple skills. Kebutuhan reskilling & upskilling pun semakin cepat. Ditambah dengan perkembangan Artificial Inteligence yang semakin pesat.
“Apakah Anda pernah mengalami hal-hal ini. Misalnya malas bersosialisasi, mudah lupa, penurunan performa kerja, kurang bersemangat dan berenergi, mudah lelah & ngantuk. Termasuk juga tidak sabaran & mudah terasa terganggu?” tanya Saskhya.
Selain itu, sambungnya, masalah lain di antaranya sulit tidur nyenyak, kesulitan dalam berkonsentrasi, sering jatuh sakit, bahkan ketergantungan pada caffeine setiap hari.
Beberapa referensi menyebutkan faktor teknologi sangat mengganggu kesehatan fisik dan mental.
Dia mencontohkan seorang anak yang lebih dari 2 jam menggunakan gadget bisa menurunkan kemampuan akademis & berpikir.
Penelitian lain mengungkapkan, sebanyak 1200 kali dalam sehari pekerja bergonta-ganti aplikasi selama bekerja.
Dengan kondisi tersebut, 4 jam per minggu diperlukan pekerja untuk kembali berkonsentrasi setelah terdistraksi gadget.
Dalam penelitian lain, 4 dari 5 orang saat bangun langsung mengecek smartphone di 15 menit pertama. 1 dari 5 Pelajar menerima 500 notifikasi per hari. Akibatnya, 90 detik pembelajaran terhapus ketika mendengar suara notifikasi.
“Kenapa data-data tersebut perlu diperhatikan? Karena masalah-masalah itu yang bisa menjadi penyebab stres menumpuk, sehingga meningkatkan risiko mengalami mental health problem, meningkatkan permasalahan kesehatan fisik, mengurangi produktivitas kerja, mengganggu interaksi sosial, dll,” papar Saskhya.
Namun demikian, Saskhya memberikan tips faktor-faktor yang membangun lingkungan kerja yang sehat dan positif.
“Bangun komunikasi yang efektif di lingkungan yang beragam. Dibutuhkan leadership yang suportif, tersedianya wellness program sebagai work life balance,” tandasnya.