Miliki Filosofi ‘Sren Asren’, Manfaat Micet Maduranesse, Mulai Digemari Turis Mancanegara
Published on: May 23, 2025

Dalam tradisi kesehatan dan kebugaran suku Madura memiliki filosofi “Sren Asren” yang berarti indah dan sedap dipandang mata.
Tujuan dari perawatan wanita Madura atau disebut (arebet beden) adalah untuk kecantikan, keindahan dan kehalusan kulit tubuh.
Hal ini disampaikan langsung oleh Yoyoh Rochmah Tambera pengajar dan [enguji di Indonesia Wellness Spa Professional Association (IWSPA) pada wabinar Indonesia Wellness Tourism International Festival (IWTIF) 2024 pada Rabu (27/11/2024)..
Menurut Yoyoh, perawatan khas pulau di Jawa Timur yang terkenal dengan garamnya ini dikhususkan bagi perempuan yang sudah menginjak remaja.
Namun demikan, sambung Yoyoh, Kekayaan Ethnowellness Madura tidak sebatas pijatnya saja, lebih dari itu.
“Keistimewaannya justru terletak di Lulur (E’lolor) dengan cara menggosok (So’oso), Eokop (Pengasapan) penggunaan dupa dan minuman herbal (Jamu Madura) yang dikonsumsi mulai dari remaja putri sampai paska menopause,” paparnya di hadapan ratusan audiens dari dalam dan luar negeri.
Ya, Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan dan memiliki karakter yang tegas.
“Sehingga pijatan Madura menggunakan teknik yang mendalam sesuai dengan karakternya dan pijatannya memberikan energi,” tambahnya.
Tradisi kesehatan dan kebugaran khas masyarakat Madura juga karena didorong tradisi masyarakatnya yang bekerja menjadi nelayan.
“Ini mempengaruhi teknik pijatan yang sebagian besar untuk meredakan ketegangan otot dan kelelahan,” imbuh Yoyoh.
Yoyoh mengungkapkan, teknik ini unik karena melibatkan banyak titik-titik tekanan dan gerakan tangan.
“Dalam konsep wellness, masyarakat Jawa tengah identik dengan perawatan lulur, maka masyarakat Madura mengenalnya dengan nama So’oso,” tambahnya.
Dikatakan Yoyoh, So’oso menyerap kotoran yang melekat pada kulit, mencegah bakteri, hingga membantu mengatasi timbulnya peradangan pada kulit.Tradisi kesehatan dan kebugaran khas masyarakat Madura juga karena didorong tradisi masyarakatnya yang bekerja menjadi nelayan.
“Ini mempengaruhi teknik pijatan yang sebagian besar untuk meredakan ketegangan otot dan kelelahan,” imbuh Yoyoh.
Yoyoh mengungkapkan, teknik ini unik karena melibatkan banyak titik-titik tekanan dan gerakan tangan.
“Dalam konsep wellness, masyarakat Jawa tengah identik dengan perawatan lulur, maka masyarakat Madura mengenalnya dengan nama So’oso,” tambahnya.
Dikatakan Yoyoh, So’oso menyerap kotoran yang melekat pada kulit, mencegah bakteri, hingga membantu mengatasi timbulnya peradangan pada kulit.
Sementara untuk kecantikan, perawatan ini efektif menghaluskan sekaligus menjadikan kulit lebih harum dan bersinar.
Fungsi dan perawatan Micet Madura itu sendiri untuk mengendorkan otot-otot yang tegang, melancarkan sirkulasi darah, menjaga imunitas tubuh.
“Sedangkan So’oso Madura bermanfaat untuk mengangkat sel kulit mati (mencerahkan),” ujarnya.
Yoyoh juga menceritakan saat berkunjung ke Bali. Di Bali turis sudah terbiasa dengan tradisi kesehatan dan kebugaran asli Pulau Dewata.
“Tapi sekarang, mereka (turis) itu mulai melirik Micet Maduranesse,” tandasnya.